Kamis, 18 November 2010

FEED BACK ANAK BUAH UNTUK PARA CEO




Tak perlu diragukan. seorang Chief Executive Officer (CEO) adalah orang pilihan. Dalam sebuah organisasi bisnis modern. CEO adalah kader terbaik. Dialah yang memiliki dan mengembangkan visi perusahaan ke depan, serta menerjemahkannya dalam strategi bisnis yang implementatif. Di tangan CEO nasib perusahaan banyak ditentukan. Karena itu, bila CEO sebuah perusahaan punya visi tajam ke depan dan mampu menerjemahkannya dalam strategi-strategi bisnis yang efektif, ham­pir dipastikan perusahaan berkembang dengan kinerja yang hebat; Contoh gam­pangnya, lihat saja nama-nama perusa­haan yang CEO-nya terpilih sebagai The Best CEO kali ini.
Toh, dengan segala superioritas dan keunggulan yang dimiliki, betapapun CEO adalah manusia biasa. Ia sudah pasti punya sejumlah keterbatasan dan kelemahan yang entah disadari atau tidak. Karenanya, CEO yang bijak pasti bersedia menerima umpan balik (feedback) dari orang lain, khususnya dari kalangan anak buahnya. Apalagi, kenyataannya kritikan anak buah itu sering merupakan masukan yang bermanfaat karena bisa mengubah kelemahan yang selama ini tak disadari menjadi sebuah energi kepemimpinan yang dahsyat.
Dari survei terhadap para bawahan The Best CEO kali ini, SWA juga menemukan sejumlah umpan balik menarik yang tentu saja bisa bermanfaat buat pengembangan diri para CEO. Contohnya, feedback yang diberikan kepada CEO
SonyEricsson Indonesia, Alino Sugianto. Dari survei ini kelihatan sekali para bawahan Alino menginginkan agar top eksekutif yang flamboyan ini lebih banyak membagi waktunya dengan bawahan. “Dia terlalu sibuk di luar sehingga kadang komunikasi internal kurang mendapat porsi yang cukup.” Kata seorang anak buah Alino.
Namun sebenarnya itu juga bias di maklumi. Tugas Alino memang membangun jaringan pemasaran SonyEricsson, dan hubungan dengan semua unsur saluran pemasaran. Karena itu, boleh jadi perhati­an terhadap anak buah agak kurang. "Kami ingin beliau care dan intens mengem­bangkan anak buah," kata sumber itu saat disurvei.
Ayu Murtika, Kepala Departemen La­yanan Pelanggan SonyEricsson mengakui kesibukan Alino. "Al itu sibuk banger," ujarnya. Saking sibuknya, ia mengungkap­kan, untuk keluar makan bersama karya­wannya paling banter hanya bisa sekali dalam sebulan, itu pun acara khusus seperti ulang tahun karyawan. Namur Tika, nama panggilan Ayu Murtika, mengaku bisa me­mahami kurangnya waktu Alino untuk para stafnya. Pasalnya, kondisi pasar yang me­reka geluti sangat dinamis, sehingga membutuhkan perhatian penuh dari pemimpin.
Menariknya, umpan balik hampir serupa juga diterima sejumlah CEO lain, seperti CEO PT Astra Agro Lestari, PT Astra International dan Nokia Indonesia. Mereka juga disarankan agar lebih banyak men­dekati karyawan level yang lebih bawah.
Bila disimak, dari berbagai umpan balik yang diberikan kalangan anak buah ke para CEO mereka, ada beberapa pesan yang relatif seragam. Misalnya saran agar CEO bersedia lebih mendelegasikan dan memercayakan pekerjaan kepada stafnya. Beberapa CEO, mungkin karena ketokoh­annya yang dominan, cenderung egosen­tris, sehingga segala sesuatunya harus da­lam kontrolnya langsung. Padahal sebenar­nya beberapa pekerjaan bisa dikerjakan oleh anak buah. Kalau proses pendelega­sian ini berjalan, selain bisa mengehemat energi dan pikiran sang CEO, juga bisa merupakan bagian dari pembelajaran boat anak buah. Jadi, ini merupakan penajaman peran pemberdayaan (empowerment).
Umpan balik lainnya yakni agar CEO bersikap lebih tegas menyikapi karyawan yang tidak berkinerja baik, dan bersikap objektif terhadap semua anak buah. Bebe­rapa responder anak buah CEO yang di­survei menyebutkan ada CEO yang cende­rung menjaga kedekatan personal yang  berlebihan kepada satu atau dua anak buah, padahal ikatannya bukan karena performa kerja melainkan hubungan personal semacam pertemanan. "Kede­katan dengan beberapa karyawan perlu dikurangi," saran seorang anak buah CEO di Grup Astra. Kalangan staf yang di­survei juga menyarankan agar CEO lebih bersikap terbuka dengan karyawan.
Tak sedikit pula yang memberikan masukan agar para CEO jangan terlalu emosional dan bisa menjaga kesabaran. Khususnya dalam sikap verbal — se­macam perkataan — ketika ada masalah pada pekerjaan anak buah. Sebagai contoh, Emansyah Sulaeman dari Divisi Sekretaris Korporat BRI melayangkan masukan seperti itu untuk Rudjito. Emansyah melihat kelemahan Rudjito dalam hal pengendalian emosi. "Tapi ini mungkin saja karena faktor usia dan tanggungjawabnya yang besar," katanya berusaha memahami. Ia menyarankan, alangkah baiknya kalau Rudjito sebagai bos bisa lebih mengendalikan emosi. Ya, teguran ataupun peringatan sebenarnya memang biasa dipakai para atasan sebagai tool manajemen mereka, asalkan masih dalam taraf emosi yang wajar.
Lebih jauh lagi, Tossin Himawan, Vice President PT Astra Honda Motor, anak buah CEO Astra Budi Setiadarma, berpendapat, keberhasilan seorang CEO karena didukung tim yang baik. Dalam hal ini ia melihat kepemimpinan yang baik ialah yang bisa memberi teladan. Sang CEO, menurut Tossin, harus bisa menutupi kelemahan anak buah. "Ito yang memperkuat tim dan melambung­kan CEO," katanya. Ia menyarankan agar CEO bisa menggunakan waktunya secara optimal. Tossin menggambarkan, dalam organisasi ketentaraan saja ada level ma­yor, kolonel dan jenderal, sehingga ke­cepatan masing-masing tak sama. "Dia harus bisa menyelaraskan," ujarnya.•


Tidak ada komentar:

Posting Komentar